PT Pertamina (Persero) mengungkapkan bahwa salah satu mega proyek di sektor pengolahan minyak, yakni Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Kalimantan Timur, diperkirakan akan tuntas dibangun dan beroperasi pada 2024.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, proyek RDMP Balikpapan ini akan meningkatkan kapasitas pengolahan minyak mentah di kilang eksisting sebesar 100.000 barel per hari (bph) dari kapasitas saat ini 260.000 bph menjadi 360.000 bph.
Dengan demikian, ini akan menjadikan Kilang BBM Balikpapan Pertamina sebagai kilang terbesar di Indonesia. Saat ini status kilang BBM terbesar diemban oleh Kilang Cilacap, Jawa Tengah, yang juga dioperasikan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Subholding Refining & Petrochemical Pertamina. Kilang Cilacap kini mengolah minyak sebesar 345.000 bph.
“Kita rencanakan di April 2024, Indonesia akan miliki tambahan kapasitas 100 ribu barel per hari, sehingga totalnya menjadi 1.125.000 barel per hari,” jelas Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI, Jakarta, Selasa (21/11/2023).
Selain meningkatkan kapasitas, Nicke menjelaskan, proyek RDMP Balikpapan juga akan dilanjutkan dengan fase kedua, yakni dengan meningkatkan kualitas Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan sulfur konten yang berkurang hingga 99% dari awalnya sebanyak 2.500 PPM menjadi 10 PPM.
Peningkatan kualitas BBM menjadi setara standar Euro V tersebut ditargetkan akan rampung pada November 2024 mendatang.
“Dan untuk yang berikutnya, peningkatan kualitas itu akan diselesaikan November 2024,” tambahnya.
Nicke menyebutkan, secara keseluruhan integrasi dengan kilang yang ada akan diselesaikan pada 2025 mendatang.
“Namun dengan milestone tadi, kita pastikan benefit yang bisa diterima oleh negara ini akan lebih baik,” tandasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman sempat menyebut, setelah peningkatan kapasitas pada April 2024, proyek RDMP Balikpapan ini akan dilanjutkan dengan operasional RFCC pada Agustus-September 2024.
“Mulai beroperasi untuk crude distillation unit di insya Allah di bulan April 2024, itu untuk kemudian ada RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking)-nya di Agustus September 2024, kemudian nanti ada yang gasoline block-nya itu di Januari 2025,” jelas Taufik kepada CNBC Indonesia dalam program Sustainable Future, Jumat (29/9/2023).
Proyek senilai US$ 7,2 miliar atau sekitar Rp 108 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$) ini bisa menghasilkan produk BBM sesuai dengan standar internasional yakni Euro 5. Hal ini juga dinilai sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
“Kita concern terhadap lingkungan, itu bagian dari visi itu menjadi Euro 5, artinya kan kandungan sulfurnya akan menjadi 10 ppm,” tambahnya.
Kelak, proyek yang masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) Pemerintahan Presiden Joko Widodo ini juga akan memberikan efek berganda dengan menyerap sebanyak 20 ribu tenaga kerja. Proyek ini juga turut menambahkan skill bagi para tenaga kerja yang diklaim dalam proyek semacam ini sangat jarang di Indonesia.
“Tentu kegiatan ekonomi yang dihasilkan dengan adanya proyek RDMP Balikpapan saya kira sangat banyak. Dari Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hampir 33%. Dengan 33% dari nilai proyek yang dikalkulasi, berapa untuk Indonesia,” tandasnya.
Adapun proyek ini terbagi dua yakni untuk meningkatkan kapasitas dan meningkatkan kualitas BBM plus meningkatkan produk dari petrochemical dan juga LPG.
Seperti diketahui, RDMP Balikpapan menjadi proyek terbesar sepanjang sejarah Pertamina. RDMP Balikpapan memiliki total 5.203 equipment dengan berat mencapai 110.000 ton.
Equipment terberat ada pada Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) First Regenerator dengan berat 1.099 ton. Sedangkan equipment tertinggi adalah Propane/Proylene dengan tinggi sekitar 110 meter. RDMP Balikpapan akan meningkatkan kapasitas pengolahan kilang Pertamina sebanyak 100 ribu barrel per hari, sehingga sekaligus nantinya akan menurunkan impor BBM.