Israel telah menyebabkan bencana kemanusiaan di wilayah Jalur Gaza yang terkepung selama 34 hari berturut-turut. Serangan negara Zionis itu menewaskan lebih dari 10 ribu orang, banyak di antaranya adalah anak-anak. Serangan udara Israel di Gaza telah menewaskan satu anak setiap 10 menit sejak dimulainya perang pada 7 Oktober lalu. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Palestina dan Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS), sebanyak 10.812 orang tewas, termasuk 4.412 anak-anak dan 2.918 wanita. Sedangkan ada 26.905 orang yang terluka, termasuk 8.663 anak-anak dan 6.327 wanita di Gaza. Di Tepi Barat, tercatat 183 orang meninggal, termasuk 44 anak-anak dan satu wanita, dan lebih dari 2.400 orang luka-luka.
Selain itu, ada lebih dari 50% unit perumahan di Gaza yang rusak akibat serangan Israel. Sekitar 40.000 unit rumah di kawasan Jalur Gaza hancur sepenuhnya oleh tentara Israel. Tidak hanya itu, sekitar 32.000 ton bahan peledak telah dijatuhkan di Gaza sejak dimulainya perang. Perkiraan kerugian awal di sektor perumahan dan infrastruktur mencapai US$2 miliar atau sekitar Rp31,3 triliun.
Dampak perang juga sangat merugikan perekonomian Palestina. Produk domestik bruto (PDB) Palestina diperkirakan turun sekitar 4,2% dalam periode satu bulan perang. Sekitar 390.000 pekerjaan hilang sejak dimulainya perang di seluruh wilayah Palestina. Kemiskinan diperkirakan akan meningkat tajam sebesar 20% hingga 45% tergantung pada durasi konflik.
Selain itu, situs-situs medis juga menjadi sasaran serangan. Rumah Sakit al-Rantisi di Kota Gaza dikelilingi oleh tank Israel, dan Rumah Sakit al-Shifa juga telah dibom. Kepala HAM PBB mendesak penyelidikan atas penggunaan “senjata peledak berdampak tinggi” oleh Israel di Gaza, yang menyebabkan kehancuran tanpa pandang bulu. Juru bicara WHO juga menyatakan kekhawatiran atas serangan Israel yang “jelas mempunyai dampak kemanusiaan yang menghancurkan”.