Jakarta, CNBC Indonesia – Sebanyak sembilan negara “mengamuk” ke Israel atas apa yang terjadi di Gaza, Palestina. Mereka menarik duta besar hingga memutus hubungan diplomatik.
Serangan dinilai tidak imbang dan bisa menyebabkan krisis kemanusiaan. Mengutip Al-Jazeera, total dari 7 Oktober hingga kini 10.022 warga Gaza terbunuh dengan 25.408 luka-luka.
Lalu negara mana saja yang “mengamuk” ke Israel? Berikut rangkuman CNBC Indonesia, Selasa (7/11/2023).
Afrika Selatan
Pemerintah Afrika Selatan (Afsel), mengumumkan bahwa mereka menarik duta besarnya dari Israel dan mengakhiri misi diplomatiknya ke negara tersebut, Senin. Kabinet mengaku kecewa dengan penolakan Pemerintah Israel untuk menghormati hukum internasional dan resolusi PBB untuk gencatan senjata.
“Pemerintah Afsel telah memutuskan untuk menarik semua diplomatnya di Tel Aviv untuk berkonsultasi,” kata Menteri Kepresidenan Khumbudzo Ntshavheni dalam konferensi pers dimuat The Hill.
Yordania
Yordania juga menarik duta besarnya dari Israel pekan lalu. Ini sebagai protes atas perang yang sedang berlangsung di Gaza yang telah menyebabkan sekitar 10.000 orang tewas.
Yordania adalah sekutu utama Amerika Serikat (SAS) di Timur Tengah, sama seperti Israel. Negeri itu diketahui telah menampung banyak pengungsi Palestina dari generasi ke generasi.
“Keputusannya ini adalah ekspresi penolakan dan kecaman Yordania terhadap perang Israel yang berkecamuk di Gaza, yang menewaskan orang-orang tak bersalah dan menyebabkan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata pemerintah dalam keterangan pers.
Yordania telah berulang kali menyerukan gencatan senjata dan solusi dua negara antara Palestina dan Israel di wilayah tersebut. Sabtu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Raja Abdullah II untuk kedua kalinya sejak perang pecah untuk membahas konflik di wilayah tersebut.
Turki
Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan menuduh pemerintah Israel dengan sengaja melanggar hukum internasional dan membunuh warga sipil di Gaza. Ia bahkan berujar yang dilakukan pemerintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu adalah upaya untuk “secara bertahap menghapus” warga Palestina dari sejarah.
Karenanya sejak Sabtu, ia menarik duta besarnya dari Israel. Turki sendiri merupakan salah satu negara dengan mayoritas Muslim yang telah sejak awal memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
“Kami akan mendukung formula yang akan membawa perdamaian dan ketenangan di kawasan,” tegasnya.
“Kami tidak akan mendukung rencana yang akan semakin memperburuk kehidupan warga Palestina, yang secara bertahap akan menghapus mereka dari sejarah,” tambahnya, mengutip media Turki.
Chile
Presiden Chile Gabriel Boric mengutuk tindakan Israel di Jalur Gaza. Pemerintah juga mengumumkan bahwa Chile akan menarik duta besarnya dari Israel.
Negeri itu mengatakan prihatin pada situasi yang terjadi. Israel disebut melanggar hukum internasional dalam serangannya di Gaza.
“Operasi Israel adalah hukuman kolektif terhadap penduduk sipil Palestina di Gaza,” katanya.
“Mereka tidak menghormati “norma-norma dasar Hukum Internasional,” ujar Chile lagi.
Kolumbia
Kolombia juga sejak pekan lalu mengumumkan bahwa mereka juga akan menarik duta besarnya dari Israel. Negeri itu juga mengutuk pembunuhan warga sipil di Gaza.
Dalam pernyataannya, pemerintah Kolombia menekankan perlunya gencatan senjata. Kolumbia mendesak pemerintah Israel untuk mengikuti hukum internasional dalam upayanya melenyapkan Hamas.
Republik Chad
Beberapa outlet berita melaporkan bahwa Republik Chad juga menarik duta besarnya dari Israel Senin. Alasanya karena kekerasan yang terjadi di Gaza.
“Chad mengutuk hilangnya banyak nyawa warga sipil tak berdosa dan menyerukan gencatan senjata yang mengarah pada solusi abadi terhadap masalah Palestina,” kata pernyataan juru bicara pemerintah Chad, menurut CNN International.
Honduras
Presiden Honduras Xiomara Castro mengumumkan bahwa Honduras menarik duta besarnya dari Israel. Pernyataan langsung diutarakan di media sosial X, platform yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
“Situasi kemanusiaan serius yang diderita penduduk sipil Palestina di Jalur Gaza menjadi alasan keputusan Castro,” tegasnya.
“Honduras dengan penuh semangat mengutuk genosida dan pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan internasional yang diderita penduduk sipil Palestina di Jalur Gaza,” lapor The Associated Press.
Bahrain
Parlemen Bahrain mengatakan bahwa duta besarnya untuk Israel telah kembali ke negaranya saat ini. Sementara duta besar Israel untuk Bahrain juga sudah pergi dari negara itu.
“Dewan Perwakilan menegaskan bahwa duta besar Israel di kerajaan Bahrain telah meninggalkan Bahrain dan kerajaan Bahrain telah memutuskan untuk mengembalikan duta besar Bahrain untuk Israel,” kata parlemen dalam sebuah pernyataan menurut Reuters.
Bolivia
Pemerintah Bolivia tegas bersikap ke Israel. Pekan lalu pemerintah mengumumkan bahwa mereka akan memutus hubungan diplomatik dengan Israel karena perang negara tersebut dengan Hamas.
Ini menjadikannya sebagai negara pertama yang memutuskan hubungan dengan Israel sejak awal konflik. Bolivia sebelumnya memutuskan hubungan dengan Israel pada tahun 2008 di bawah kepemimpinan sayap kiri mantan Presiden Evo Morales sebagai protes atas tindakan Israel di Gaza meski pulih kembali pada tahun 2020.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef)