Iran Mengambil Tindakan, Hamas Mengeluarkan Peringatan Terbaru

by -129 Views
Iran Mengambil Tindakan, Hamas Mengeluarkan Peringatan Terbaru

Peperangan antara kelompok pejuang Palestina, Hamas, dengan Israel terus berlanjut. Penyerangan balasan yang dilakukan oleh Israel ke wilayah Gaza membuat eskalasi semakin tajam. Tak hanya itu, sekutu Hamas di Lebanon dan Yaman juga turut melakukan serangan ke Israel. Berikut adalah perkembangan terakhir yang dikumpulkan CNBC Indonesia dari berbagai sumber, pada Jumat (3/11/2023):

1. Gaza dikepung oleh Israel
Militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mengepung kota Gaza pada Kamis malam. Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, menyatakan bahwa pengepungan ini dilakukan setelah berhari-hari melakukan operasi darat. Ia juga menambahkan bahwa konsep gencatan senjata tidak sedang dibahas saat ini. Laporan dari Al-Jazeera juga menyebutkan bahwa pasukan Israel telah menyerang pos-pos terdepan, markas besar Hamas, dan meluncurkan infrastruktur di Gaza.

2. Seruan baru dari Presiden AS
Situasi di Gaza semakin memburuk, namun Amerika Serikat (AS) tidak mengeluarkan seruan untuk gencatan senjata, seperti halnya yang dilakukan oleh 120 negara di PBB pekan lalu. Meski demikian, Presiden AS Joe Biden menyuarakan “jeda kemanusiaan dalam konflik antara Israel dan Hamas” pada Kamis malam. Pernyataan ini disampaikan setelah Presiden Biden didesak oleh salah satu warga dalam sebuah kesempatan di publik. John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, mengklarifikasi bahwa jeda yang dimaksud bersifat sementara, terlokalisasi, dan fokus pada tujuan tertentu.

3. Serangan terhadap pangkalan militer Israel
Kelompok Hizbullah di Lebanon yang merupakan proksi Iran dilaporkan telah melakukan serangan pada Kamis. Mereka mengaku telah menyerang 19 polisi Israel dalam serangan yang terkoordinasi. Kelompok Houthi di Yaman yang juga sekutu Hizbullah melaporkan telah menyerang Israel dengan sejumlah drone pada hari Rabu.

4. Hamas membalas pengepungan Israel
Kelompok bersenjata Hamas, yang juga merupakan penguasa di Jalur Gaza, menanggapi pengepungan yang dilakukan oleh Israel. Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengeluarkan pernyataan pada Kamis, mengancam Israel bahwa pengepungan akan menjadi kutukan sejarah. Mereka juga mengancam akan mengambil langkah-langkah untuk membawa bencana bagi Yerusalem Barat, yang diklaim sebagai ibu kota Israel oleh kalangan Zionis Israel.

5. AS memberikan bantuan kepada Israel
DPR AS yang saat ini dipimpin oleh Partai Republik telah meloloskan rancangan undang-undang yang akan memberikan bantuan senilai US$14 miliar atau sekitar Rp 221 triliun kepada Israel. Namun, dana ini akan dipotong dari anggaran badan pajak.

6. Bantuan terblokir di Gaza Utara
Kota Gaza dan Gaza Utara mengalami putus secara sebagian besar dari wilayah lain akibat operasi darat Israel dan bentrokan dengan kelompok bersenjata Palestina. Koordinator Bantuan PBB, OCHA, menjelaskan bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan dari wilayah selatan ke sekitar 300.000 pengungsi internal di wilayah utara telah terhenti. Otoritas Israel juga masih melarang masuknya bahan bakar penting untuk rumah sakit, ambulans, dan pabrik desalinasi air.

7. Jumlah korban anak-anak meningkat
Jumlah anak-anak yang tewas di Gaza selama tiga minggu terakhir melebihi jumlah total korban tewas dalam konflik di seluruh dunia sejak tahun 2019. Organisasi non-pemerintah Save the Children melaporkan bahwa setidaknya 3.324 anak telah tewas di Gaza sejak 7 Oktober, dan 36 anak tewas di Tepi Barat. Pada hari Jumat, jumlah total korban tewas di Jalur Gaza mencapai 9.061 orang, dengan 3.760 di antaranya adalah anak-anak.

8. Menteri Luar Negeri AS mengunjungi Israel
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, bertemu dengan kabinet perang Israel di Tel Aviv setelah pertemuannya dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Blinken tiba di Israel pada hari Jumat untuk membahas kampanye yang sedang berlangsung melawan Hamas dan langkah-langkah yang harus diambil untuk melindungi warga sipil.

9. Tetangga Saudi mulai khawatir
Uni Emirat Arab (UEA) mengungkapkan kekhawatiran bahwa kelompok-kelompok ekstremis dapat mengambil keuntungan dari konflik di Israel dan Gaza, yang berpotensi menimbulkan lebih banyak kekerasan regional. Menteri Luar Negeri UEA, Noura Al Kaabi, menyampaikan hal ini dalam sebuah konferensi di Abu Dhabi, dan menekankan perlunya diplomasi dan kerja sama yang kuat antara negara-negara di dunia untuk menurunkan suhu regional yang semakin meningkat.