Turunnya Produksi Rokok & Miras Mengakibatkan Penurunan Setoran Cukai Sri Mulyani

by -143 Views
Turunnya Produksi Rokok & Miras Mengakibatkan Penurunan Setoran Cukai Sri Mulyani

Jakarta, CNBC Indonesia – Setoran bea dan cukai mengalami penurunan tren sejak awal tahun hingga September 2023. Penerimaan kepabeanan dan cukai hingga akhir bulan lalu mencapai Rp 195,6 triliun atau turun 15,8% dari realisasi per September 2022 sebesar Rp 232,1 triliun.

Menurut data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), capaian per September 2023 baru mencapai 64,5% dari target setoran bea dan cukai tahun ini sebesar Rp 303,2 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penurunan terdalam terjadi pada setoran bea keluar yang mengalami penurunan 78,1% secara tahunan dengan nilai hanya Rp 8,1 triliun. Penyebabnya adalah bea keluar produk sawit yang turun 82,1% dipengaruhi oleh harga CPO yang lebih rendah meskipun volume ekspor meningkat. Begitu juga dengan bea keluar tembaga yang turun 54,3% karena volume ekspor turun 13,5%.

Selain itu, setoran cukai hasil tembakau atau rokok juga mengalami penurunan 5,4% secara tahunan menjadi hanya Rp 144,8 triliun. Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi rokok hingga 3,6% dan realisasi tarif yang hanya mencapai 0,5% dari seharusnya 10% akibat penurunan produksi rokok SKM dan SPM golongan 1.

“Untuk cukai terutama rokok, kita lihat penerimaan dari cukai hasil tembakau ini turun 5,4% terutama produksi sampai dengan Juli turun 3,6%, tarifnya juga turun 0,5% secara riil tarif efektifnya meskipun tarif cukai naik 10% rata-rata tahun ini, namun karena ada perbedaan dan penurunan kuantitas, efektif ratenya menjadi negatif 0,5%,” kata Sri Mulyani saat konferensi pers mengenai APBN di kantornya.

Penerimaan dari cukai minuman mengandung etil alkohol (MMEA) atau miras juga turun 1,2% menjadi Rp 5,5 triliun akibat penurunan produksi sebesar 1,6%, dan penerimaan dari cukai etil alkohol turun 7,5% menjadi Rp 88,1 miliar karena penurunan produksi etil alkohol sebesar 7,7%.

“Untuk cukai MMEA yaitu minuman mengandung etil alkohol ini turun 1,2% terutama dari sisi produksi yang turun 1,6%, untuk etil alkohol yang waktu boom saat pandemi kita hanya mengumpulkan Rp 88 miliar terutama karena penurunan produksi juga,” tegas Sri Mulyani.

Sementara itu, bea masuk menjadi satu-satunya komponen yang mengalami pertumbuhan, mencapai Rp 36,9 triliun per September 2023. Nilai ini naik sekitar 1,7% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya dan telah mencapai sekitar 77,6% dari target APBN 2023.

“Dengan kurs rupiah yang mengalami pelemahan maka penerimaan dalam bentuk rupiah kita menjadi seperti naik itu karena bea masuk itu dihitung berdasarkan dolar AS,” ucap Sri Mulyani.

Peningkatan bea masuk ini juga didorong oleh kenaikan tarif efektif menjadi 1,44%. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan impor komoditas dengan tarif bea masuk lebih dari 10% seiring dengan aktivitas ekonomi domestik yang masih terjaga.